Select Page

DBS Bank menilai, masa depan ekonomi Indonesia masih menjanjikan. Dalam waktu 5-10 tahun mendatang Indonesia akan mendapatkan berkah bonus demografi dan kebangkitan kelas menengah.

“Ini seharusnya menjadi modal bagi pemerintah untuk menjalankan reformasi struktural dalam mengatasi berbagai persoalan yang ada,”kata Ekonom Bank DBS, Gundy Cahyadi kepada pers di Jakarta, Kamis (16/10).

Episentrum perekonomian dunia kini sedang berpindah dari kawasan Amerika dan Eropa ke Asia. Dipimpin oleh Tiongkok, sepuluh negara di Asia termasuk India, Indonesia, dan Korea Selatan, kini memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) yang hampir sama dengan Amerika Serikat (AS) yaitu US$ 16 Triliun.

“Indonesia sebagai bagian dari Asia akan turut memetik keuntungan dari bangkitnya ekonomi kawasan ini. Stabilitas politik menjadi salah satu prasyarat utama bagi keberlanjutan program-program ekonomi,”kata Gundy.

Kemajuan Asia ini, kata dia, memupus anggapan AS menjadi kekuatan terbesar ekonomi dunia yang menggerakan pertumbuhan global. Dengan kecepatan pertumbuhan sebesar 2,5% hanya akan menciptakan permintaan baru sebesar US$ 400 miliar berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB)-nya.

Sementara, Asia-10 akan menciptakan permintaan baru US$ 1 triliun per tahun berkat pertumbuhannya yang mencapai 6,25%. Dalam kurun lima tahun terakhir, permintaan baru yang tercipta sebesar 72% disumbang oleh Tiongkok, adapun tiga kontributor terbesar lainnya yaitu India (12%), Indonesia (12%) dan Korea Selatan (4%).

Kalkulasi ini menempatkan Asia sebagai penggerak pertumbuhan global 2,5 kali dari AS. Tiongkok yang PDB per kapitanya mencapai US$ 7.000 pada 2013 diperkirakan akan membawa Asia melompat jauh ke depan sehingga 2039 akan menggantikan AS sebagai kekuatan ekonomi terbesar,”katanya.

Sumber: Investor Daily, 17 Oktober 2014