Select Page

Pemerintah menyatakan bahwa realisasi investasi langsung saat ini sudah berorientasi pasar ekspor. Azhar Lubis, Deputi Pengendaliaan Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal, mengatakan investasi yang berorientasi ekspor terlihat dari peningkatan ekspor sektor otomotif dan pengolahan.

Menurut Azhar, untuk sektor otomotif realisasi ekspornya telah mencapai 400 ribu unit kendaraan dari sebelumnya hanya mencapai 100 ribu unit. Investasi otomotif juga terus meningkat khususnya untuk sektor komponen penunjang otomotif yang berorientasi pada pengembangan pasar ekspor.

“Untuk investasi yang mulai bergeser dan berorientasi ekspor tahun ini terlihat pada sektor otomotif, sebab dahulu untuk Toyota dan Daihatsu menyasar pasar domestik tapi sekarang mereka sudah ekspor lebih dari 400 ribu unit dari sebelumnya hanya 100 ribu unit,” terangnya.

Azhar menuturkan, selain investasi otomotif sektor lain yang berorientasi ekspor adalah pengolahan  Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kelapa sawit, pengolahan gula, dan investasi peternakan sapi. Investasi tiga sektor tersebut perlahan ditingkatkan dengan mendorong peningkatan nilai tambah dari setiap produknya.

“Kita ingin CPO bukan hanya minyak goreng untuk dalam negeri tapi produk lainnya dikembangkan untuk ekspor, lalu gula ke depan akan didorong untuk ekspor dengan meningkatkan rendemen hingga 10% dan peternakan diperluas bukan hanya untuk pasar dalam negeri,” jelasnya.

Dia menuturkan, untuk mendorong investasi lebih berorientasi ekspor ke depan diharapkan instansi terkait dapat memberikan insentif atau aturan yang mengarahkan investasi tidak hanya berorientasi pada besarnya pasar dalam negeri.

Chatib Basri, Menteri Keuangan, mengatakan untuk mendorong investasi langsung agar berorientasi ekspor sebenarnya tidak bisa dilakukan dengan membuat sebuah aturan oleh institusi tertentu. Upa ya mendorong investasi yang berorientasi pada ekspor dapat dilakukan dengan memberikan insentif agar investor tertarik berinvestasi.

Menurut Chatib, insentif yang bisa diberikan pada investasi berorientasi ekspor bisa diberikan dalam bentuk tax allowance, atau menyerupai insentif pajak pada investasi asing yang melakukan penanaman modalnya kembali dari keuntungan yang didapat.

“Tidak bisa sebuah aturan dikeluarkan untuk mendorong investasi masuk untuk berorientasi pada ekspor, yang pemerintah bisa lakukan adalah mengeluarkan insentif agar mereka tertarik masuk ke sini seperti insentif tax allowance pada reinvestasi,” tegasnya.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat realisasi investasi sepanjang Januari hingga September 2014 mencapai Rp 342,7 triliiun. Realisasi terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 228,3 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp 114,4 triliun.

Josua Pardede, Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI), mengatakan tidak semua investasi bisa langsung didorong untuk berorientasi pada ekspor. Investor tertarik berinvestasi karena menilai faktor domestik masih cukup baik.

Ke depan, agar investasi masuk dan  berorientasi pada ekspor tentu harus didukung dengan semakin baiknya daya dukung infrastruktur.

Sebab, dengan adanya daya dukung infrastruktur, maka kemudahan usaha dan daya saing dalam negeri lebih baik dibandingkan negara lainnya.